Selasa, 22 Maret 2011

Tataniaga Pertanian (Bawang Merah)


TATANIAGA PERTANIAN
(BAWANG MERAH)


Dalam Jalur tataniaga bawang merah terdapat 3 pihak yang terlibat, yaitu petani sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan konsumen akhir. Dalam tataniaga tersebut dengan cara sebagai berikut:
Rantai pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes untuk sampai konsumen terlihat cukup panjang ( gambar 1). Petani dalam menjual hasil taninya biasanya langsung kepada pedagang pengumpul tingkat desa atau langsung kepada pedagang besar. Pedagang pengumpul desa 70% diantaranya diperankan oleh kaum wanita yang membentuk kelompok 5-8 orang untuk membeli hasil petani, dan apabila kekurangngan modal akan meminjam kepada rintenir. Petani menyalurkan melalui tengkulak kampung yang langsung mendatangi lahannya. Tengkulak tersebutmembeli dengan cara tebas, yakni berdasarkan hasil taksiran jumlah panen. Semua biaya penanganan selanjutnya menjadi tanggungan tengkulak. Setelah dibersihkan dan dipisahkan menjadi beberapa kelas mutu, bawang merah diangkut kepasar penampungan. Dari sini tengkulak kampung menyalurkan kepada tengkulak pasar. Besarnya harga tergantung pada mutunya. Penyaluran selanjutnya adalah pedagang antar kota, antar pulau, atau pedagang pengecer di pasar- pasar kecil. Transaksi penjualan dan harga dicapai dengan kesepakatan.

  
Dengan bagan sebagai berikut:

Petani
Pedagang pengumpul
Pedagang eceran di brebes
Konsumen Akhir di brebes
Pedagang besar yang punya kios
Pedagang di pasar Induk Kramat jati
Pasar pengecer di luar Jakarta
Konsumen di Jakarta dan luar Jakarta
Pedagang antar Pulau
Pedagang luar Jawa
Konsumen Akhir Luar Jawa
Ada tiga pasar di Kabupaten Brebes, yaitu: pasar Campuran antara pedagang bawang merah dengan cabe yang terletak di Kecamatan Tanjung. yang kedua pasar yang digunakan sebagai tempat pertanian antara pedagang bawang merah brebes dengan pedagang luar yang dikenal dengan pasar bawang lama (Pasar Grosir Pemali Jln. Pemuda Brebes). Yang ketiga yaitu: Pasar induk Bawang Merah Kelampok yang terletak di jalan lintas Pantura di Desa Wanasari Kecamatan Kelampok.
Pemenuhan keadaan pasar untuk komoditi rempah-rempah sangat terpenuhi baik untuk pasar yang berada di kabupaten Brebes atau pun dipasar yang lain yang berada diluar. Dan keberadaan pasar khusus rempah-rempah,  yang akan mempermudah dalam proses penjualannya.
Wilayah pemasaran bawang merah brebes tidak hanya untuk pemenuhan komoditi daerah sendiri  tetepai juga sebagai komoditi bawang yang sangat besar pengaruhnya terhadap pasar-pasar di luar kabupaten. Diantaranya 70 persen produksinya dipasarkan di Jawa Tengah dan 30 persen lainnya dipasok ke pasar nasional.  Dengan biyaya produksi bawang merah rata-rata 12 ton per hektar, dengan menghabiskan biaya (usaha tani) Rp 27 juta-Rp 28 juta per hektar, dan bisa dipanen setiap dua bulan sekali. Jika harga bawang merah (per 4 Mei 2007) Rp 3.000 per kilogram, penghasilan kotor setiap hektar mencapai Rp 36 juta sehingga keuntungan yang diraih petani mencapai Rp 8 juta-Rp 9 juta dalam kurun waktu dua bulan. Padahal, dalam satu tahun petani bisa dua kali panen bawang merah dan sekali panen padi. Khusus untuk padi, produksi per hektar paling tinggi lima ton gabah kering panen, dengan keuntungan paling banyak Rp 3 juta per hektar. Jadi, keuntungan petani di atas kertas dalam kurun waktu 7-8 bulan mencapai Rp 19 juta-Rp 21 juta. Meskipun demikian, keuntungan itu belum tentu dinikmati petani karena harga bawang merah selalu turun naik tidak karuan. Salah satu pemicunya adalah gelontoran bawang merah impor. Selain itu, juga akibat belum diterapkannya harga dasar. Keadaan pasar yang semakin ketat dengan adanya bawang impor menyebabkan bawang hasil produksi daerah kabupaten brebes harus mampu bersaing baik itu di dalam kualitas dan harga.

Analisisi struktur pendapatan bawang merah dianalisisi menggunakan biaya pendapatan dengan rumus
        π = TR – TC
dimana :
π    : pendapatan petani dati usaha tani sayuran.
TR : Total penerimaan dari usaha tani sayuran.
TC : Total pengeluaran dari usaha tani.
Pada analisisi ini mengetahui berapa besar pendapatan usaha tani dan produksi yang sihasilkan petani. Pendapatan produksi dan pendapatan usaha tani akan terlihat dengan menganalisa data dari petani yang mengakses keberbagai tujuan pemasaran. Sedangkan  bagian harga yang di terima petani bisa di hitung dengan rumus sebagai berikut:
FS =       Pf / Pr x 100%
Fs  = Farmer`s share
Pf = Harga ditingkat petani.
Pr   = Harga ditingkat lembaga pemasaran
Bagian harga yang diterima petani (farmer`s share) merupakan perbandingan dengan harga di tingkat lembaga pemasaran yang dinyatakan dengan persentase.
Sumber :
 http://khukus.multiply.com/journal/item/18/PERTANIAN_BAWANG_MERAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar